Translate

Jumat, 17 Januari 2014

Rusuk Ayka 5

BAB 5 (Bad Day)
Teng Nong
Mendengar  bel rumahku yang berbunyi. Aku menghentikan sementara kegiatanku
“aaayyyy!” zeze yang melihatku langsung menghambur ke pelukanku
“hai ay”
Aku hanya membalas sapaan Vino dengan senyuman dan melepaskan pelukan maut dari seorang Zeze. Haha
“Ze, udah ah. Engap tau”
“hehee. Maaf” zeze nyengir, tapi matanya tidak diam. Matanya celingak celinguk kesana kemari “kemana ade lo?”
“dikamar. Mungkin ngebersihin miniaturnya”
Sebelum bercakap cakap lebih jauh aku mempersilahkan mereka berdua masuk kedalam rumah
“tunggu ya, mau ngambil minum. Duduk aja dulu” aku mempersilahkan mereka duduk dan pergi ke dapur untuk mengambil minum dan camilan
“kak, ada siapa?” aku kaget karena Ravin yang baru pulang dari lesnya menyapaku tanpa mengucap salam
“heh! Kalo pulang kasih salam, jangan ngagetin aja” aku ngomel disitu
“hehe, iya maaaaaf” aku tidak merspon omongan Ravin dan kembali membuat sirup
Aku segera kembali ke ruang tamu sambil membawa nampan yang penuh dengan sirup dan camilan
“diminum yaaa” aku pun ikut bergabung dengan mereka berdua
“eh Ay, Ravin mana?” Zeze terlihat sedang mencari Ravin
“ooh, dia ada. Tadi sih di dapur bareng gue. Tapi gatau sekarang. Dikamarnya kali” aku menjawab sekenanya
“oh”
Tidak lama kami membuka topik permbicaraan tentang Ravin, dia turun ke lantai bawah dan menemuiku dengan pakaian yang dibilang santai. Hoho. Kaos hijau Hulk dan boxer spongebob diatas lutut. Penampilannya saat itu mampu membuat Zeze ilfiel, Vino yang cengo, dan aku yang tertawa terbahak bahak. Gimana engga coba? Hahhaaaa.
“kak, kunci mobil dimana?” pertanyaannya membuatku berhenti tertawa
“ada di gantungan deket tangga. Mau kemana emang?”
“hp Rav ketinggalan di sono”
“ohahhaaaa”
Ravin langsung pergi menuju tangga dan membuat Zeze dan Vino berhenti cengo
“eh Ay, ade lo kadang freak yaa” Zeze bertanya
“hah... gitulah. Boyot juga kadang. Hoho”
“tapi kayanya bisa diajak bertranksaksi” Vino nimbrung dengan kata kata yang sedikit bijak
“oke!  Niat kita kesini itu kerja kelompok kan? Bukan ngomongin ade gue yang super duper nyebelin?” aku akhirnya menghentikan argumen kami
“iya sih. Oke, ayo mulai” Vino mengeluarkan laptop, kamus bahasa inggris dan buku tulis
“emang kita mau nyari apaa?” Zeze bertanya dengan polosnya
Aku dan Vino hanya menghela napas panjang, akhirnya Vino yang mengalah untuk menjelaskannya
“jadi, kita disuruh ngerjain tentang Tenses”
“oiya iyaaa. Hahaa. Lupaaa maap yak”
“oiya, laptop gue rusak. Kita ga ngeprint kan?” aku lupa kalau laptop ku rusak gara gara Ravin. Untung saja waktu itu ibu sedang galau. Hoho
“engga siih” ucap Vino enteng, yang masih bergulat dengan laptopnya “oiya. Ay, WiFi lu pass nya apaa?”
“hah? Emang kita googling?” aku membalas pertanyaan Vino dengan muka yang sangat amat polos
“iyaaa”
“ohehe, maaf. Pass nya RavAy”
“RavAy? Kenapa engga RavZe aja?” aku melihat keterkejutan dari muka Zeze. Aku tau itu Cuma bagian dari leluconnya
“yang punya WiFi siapa?” aku meletakkan tanganku diantara pinggang pinggangku
“eeh buset, tangan lo kena gue ini” Vino menggerutu. Haha tentu saja. Siku ku engga sengaja kena kepalanya
“eh eh, maaf” refleks aku pun meminta maaf
“yaaa... punya lo Ay” balas Zeze pasrah
“hahaaa, bercanda” aku segera merangkul temanku ini “sabar ya, mau ke kamar ambil tab gue. Buat bantuin Vino. Kita kan satu kelompok”
“oiya! Bener. Gue sampe lupa kalo gue bawa iPad” Saking serunya bercanda, Zeze lupa kalau dia bawa iPad kesayangannya. Yaaa.. begitulah Zeze
Aku hanya nyengir, dan menuju kamar.
Saat membuka pintu kamar, aku terkejut bahwa ada Ravin yang sedang tidur tengkurap dikasurku sambil mengerjakan prnya
“Ravin! Kamu ngapain disini?”
“aku ngerjain pr kak, dikamarku panas. Kan Ac nya rusak” benar. Semalam Ac di kamarnya rusak gara gara 3 hari nonstop ga dimatiin
“kamu sih! 3 hari ga dimatiin”
“kakak, ngapain kesini?”
“lah? Ini kan kamar kak Ay, Cuma mau ngambil Tab kakak doang” aku segera mengambil Tab ku yang berada di atas meja belajar dan  segera keluar dari kamar itu
“oiyaaa hahaha”
Aku tersenyum pada Ravin, dan langsung turun kebawah.
Setelah sampai, aku langsung mengerjakan tugas ku dan menyalinnya di buku sebelum di tulis kembali pada Zeze di kertas Folio. Diantara kami yang berisik hanya suara kecil nyanyianku dan suara ketikan laptop Vino, serta suara pensil yang sengaja diketuk ketukan di buku Zeze
“Ze, lo udah dapet berapa nomer?” Vino terpaksa menghentikan kegiatannya untuk bertanya pada kami yang sedang berkutik dengan kegiatannya sendiri sendiri
“gue... 123. 11 nomer!” Zeze tidak melepaskan matanya dari layar iPad nya walaupun sedang menjawab pertanyaan Vino
“lah? Bukannya kita bagi rata ya? Zeze 10 nomer, Vino 10 nomer dan gue juga 10 nomer. Kok lo 11 nomer Ze?” yang ditanya hanya diam
“iya yaaaa. Kok gue baru inget ya. Gue udah ngerjain 16 nomer” Vino pun baru nyadar
“ze! Lo dengerin kita ga sih?” aku yang sudah kehilangan kesabaran, akhirnya menegur Zeze
“hah? Maaf” akhirnya Zeze mendengarku
Terasa pusing di kepalaku, aku sedikit memijat bagian yang pusing.
“oke, kita udah ke kumpul 30 kan?” Vino membuka pembicaraan
“udah sih, terus?” Zeze akhirnya sadar juga. Hoho
“kita kan masih ada waktu sekitar 3 hari. Mengingat sekarang udah maghrib, kita udahin dulu aja. Soalnya ga mungkin dong Zeze pulang malem malem banget. Dia kan cewek. Kalo gue sih ga masalah” Vino rada bijak yaa. Haha
“iyaya, yaudah gapapa” Zeze yang merasa namanya ada di daftar kalimat Vino pun mengiyakan
“yaudah, gue pulang yaa Ay. Makasih lho” Vino membereskan peralatan yang tadi di pakainya dan sedikit meminum sirup yang tadi aku buatkan untuk mereka
“iya Ay, gue juga pulang ya. Makasih banget” zeze juga membereskan barangnya dan berdiri untuk berpamitan
“iyaa, hati hati ya” aku mengantar mereka berdua ke depan gerbang. Tapi, sebelum jalan keluar Zeze...
“RAVIIIIIN! AKU PULANG YAAAAAAAAAAAAA!” teriak untuk berpamitan pada Ravin
Vino langsung menyeret Zeze, dan membekap mulutnya yang engga berenti teriak
“hahhaa” aku hanya tertawa melihat tingkah mereka berdua


Rusuk Ayka 4

Bab 4 (My besties)
KRIIIIIIIING
Bel tanda masuk berbunyi. Aku kembali dengan tempat dudukku. Zeze duduk disampingku sedangkan Vino di sebrang kanan ku jadi dia tidak bisa duduk bersama kami. Hooo, kasiaan.
“morning” bu Selfie guru Bahasa Inggris. Cantik, masih muda. Haha.
“morning, Mrs” satu kelas pun menjawab salam bu Selfie dengan tenang
“today, mrs mau kalian membentuk kelompok yang berisikan 3 orang. Harus ada laki lakinya ya! Mrs mau berikan tugas tentang Tenses dan harus dikumpulkan tiga hari lagi. Silahkan mencari teman kelompok kalian”
Aku menengok ke Zeze dia hanya tersenyum, aku menengok ke arah Vino dan vino hanya tersenyum tipis sambil mengangguk. Hah.. senangnya punya sahabat seperti mereka.
“kalian tulis nama kelompok kalian dan serahkan ke ibu segera ya!” suara Mrs Selfie terdengar lagi
“aku segera menyobek kertas selembar dan menulis nama ku dan kedua sahabatku.
Dikelas kami memang selalu konsen belajar, makanya kami bertiga dikenal sebagai pendiam. Padahal kami tidak pendiam yang mereka kira. Pandangan orang berbeda beda yaaa.
“Ze” aku memanggil Zeze
“apa?” dia menyaut dengan tatapan polos, dan itu hampir membuatku tertawa. Ingat Ay jaim. Haha
“muka lo polos banget” aku menahan tawa
“emang iya? Coba kalo lo foto, gue kan bisa liat”
“hahhaahaaahhaaaa” aku tertawa sangat sangat keras sampe sampe selurus isi ruangan termasuk Bu Selfie menengok ke arahku semua, itu membuat ku bungkam seribu bahasa plus malu!
“Ay, kenapa? Ada yang lucu?”
“oh, emmm not Mrs, i’m sorry” aku mengucapkan maaf
“no problem. Lain kali jangan gitu yaa. Oiya kertas kamu mana?” oh my, aku lupa ngasih kertas nama nama kelompok ku
“lo belum kasih?” Vino bertanya padaku
Aku menggeleng, menjawab pertanyaan vino “sorry Mrs” aku berjalan menuju meja guru dan menyerahkan kertas itu pada Mrs Selfie
“oke! Tugas kalian mencari benda benda yang berhubungan dengan tenses. Example, kertas : paper kalian tulis di buku dan bawa benda yang kalian tulis dibuku kalian. Tidak usah banyak banyak 15 benda saja. Understand?”
“ya”
“good, thank you” Mrs Selfie meninggalkan kelas dan kelas pun kembali ribut seperti biasa. Kami bertiga masih ditempat duduk masing masing tapi kami tidak diam, kami sibuk dengan kegiatan kami masing masing. Aku mendengarkan musik dari iPhone nightmare ku dari Earphone dan membaca novel, Zeze hanya membaca komik anime favoritnya dan Vino hanya bermain game lewat iPodnya.
“vin, ngerjainnya entar aja yuk”
“ng? Iya” aku tahu Vino serius dengan gamenya sampai smpai tidak menoleh padaku
“oke” aku menoleh ke Zeze “ze, ngerjainnya entar aja yuk”
“em? Boleh kebetulan aku libur les”
“oke jam 4 dirumah... emm.. dirumah siapa?” aku bingung mau kerja kelompok dirumah siapa
“dirumah Ay” aku bingung Zeze dan Vino dengan kompaknya berkata seperti itu

“hah? Yasudah” aku hanya pasrah. Pasti Ravin nanti gangguin kami. Haaahhh. Sudah pasti!

Rusuk Ayka 3

BAB 3 (Back)
Weekend sudah berlalu. Dan sudah kewajiban untuk pelajar kembali ke sekolah masing masing untuk menuntut ilmu dan menggapai cita cita setinggggiiiiiiiiiiiii langit. Dan aku bercita cita ingin jadi Dokter. Hehe. Ravin? Gatau tuh dia mau jadi apa, astronot darat mungkin. Haha ngenes banget yaaa.
“pagi buuuu” aku keluar kamar sudah dengan seragam sekolahku. Ya! Aku kelas 3 SMA.
“pagi. Lho? Ravin mana?” ibu bingung kenapa aku tidak bersama Ravin
“mungkin lagi pake lipstick haha”
“Ay! Kamu itu. Coba tengok dia duluu”
“iyaaaaaa” dengan malas aku menuju kamar Ravin dan langsung masuk tanpa ketuk pintu
“heh! Banguuuuuuun! Udah jam enam! Banguuuuuun kebooooooooooooooooo!” aku cengo melihat Ravin yang masih nyaman di dalam selimut putihnya
“ng..... 5 menit lagi”
“5 menit lagi apanya?! Bangun nanti telat!” aku teriak sekencang kencangnya. Ravin memang kebonya akut. Sampe bingung mau bangunin dia pake cara apa
“emang sekarang jam berapa siih? Ganggu aja” Ravin makin menutup mukanya dengan selimut
“jam 7! Hahhah” aku sengaja ngebohongin dia. Soalnya susah banget buat dibangunin
“hah?! 7?! Mingggiiiir Rav telaaaat” reflek Ravin langsung turun dari kasur dan langsung menuju kamar mandi. Sedangkan aku? Aku balik ke dapur buat sarapan. Yuhuuuu sepertinya yang bakal bawa mobil aku doang. Hoho biar Ravin bawa motor ajaaa. Hihi.
“mana Ravin?” saat aku balik ke dapur ibu bingung lagi
“dia belum bangun bu” ucapku tenang
“hah?! Bangunin dong Ay” ibu kaget, sampai sampai roti yang sedang mengoles selai untuk Ravin berhenti
“udah bu, lagi mandi mungkin”
“kak Ay! Seragam Rav manaa?!” aku mendengar Ravin yang teriak dari kamar
“ada kok di lemari gantung”
Ga ada jawaban dari Ravin, mungkin udah ketemu kali yaa. Ah bodo amat
“pagi bu, Rav berangkat yaaa” Ravin keluar kamar dengan dasi yang belum dirangkai dan tas yang berantakan dan dengan enaknya mencium ibu
“hey! Rotinya?” ucap ibu sambil terbengong bengong
“buat ibu ajaaaa”
“Ay berangkat ya bu, assalamualaikum” aku terpakasa mengantar Ravin dulu. Hah...... sepertinya aku yang bakalan telat
“walaikum salam”
Aku keluar rumah dengan dibimbing ibu sampai depan pintu
Aku memasuki mobil duluan sambil nunggu Ravin yang lag memakai sepatunya
“cepet ah! Telat nih, 15 menit lagi” ya! Aku yang akan telat. Hari senin pulaa. Haduuuuuh
“ayo kak! Cepetan” Ravin masuk mobil dengan terburu buru
“bu kami berangkat yaaaa” aku berpamitan lagi sama ibu
“heart heart in the way ya”
“apaan itu bu?” aku bingung, tumben ibu ngomong yang aneh gitu
“hati hati di jalan. Hhaha”
“ohahahaa, iya bu. Love you”
Ibu hanya melambaikan tangannya merelakan anaknya untuk kembali kesekolah. Haduuuh lebay.
“heh! Besok besok kak Ay males ya nunggu kamu kaya tadi. Kakak yang jadi telat” aku ngedumel pada Ravin yang memasang tampang panik. Hahaa.
“iyaiyaaa”
Akhirnya sampai juga di sekolah Ravin yang termasuk RSBI itu. Aku juga bingung kenapa Ravin bisa masuk disitu. Ahhaha.
“makasih ya kak” Ravin turun dari mobil
“iya. Hati hati” tanpa nunggu balesan dari Ravin aku langsung tancap gas menuju sekolah. Udah telat ini.
Setelah sampai, aku langsung menuju parkiran dn berlari menuju kelas. Sedikit, aku tengok jam tanganku. Hah... tinggal 5 menit lagi. Ayooo semangat Ay.
Akhirnya aku sampai dikelasku XII-A dan langsung di hampiri Zeze dan Vino sahabatku sejak kelas sepuluh.
“Ayka, kok lu telat sih? Kesiangan?” Zeze bertanya padaku karena tampangku yang sedang kelelahan
“iyaaa. Gara gara Ravin” aku masih ngos ngosan menjawab pertanyaan Zeze
“hoalaah, dia kenapa?” Vino bertanya
“iya, dia kesiangan bukan gue”
“ohahaaa, bilang dooong. Hahahaaa” Zeze tertawa. Memang diantara kami bertiga, hanya Zeze yang aktif dan ceria. Saat hatinya sedang hujan dan dia berusaha tegar di depan orang orang dan selalu memberi senyuman manisnya
Zeze Cindy Vitria, sosok periang yang manis membunyai rambut pendek se bahu dan kulit coklat manis

Vino Grielfado, cowo ini keturunan Jeman lho. Nama keluarganya Grielfado dia berperawakan tinggi, putih yaa pokoknya cool dong. Sama orang lain jaim banget. Tapi, kalo udah sama kita dia buka topeng jaimnya dan sebenernya sedikit gila kalo udah bercanda hahaa. Itu fakta.

Rusuk Ayka 2

BAB 2 (Have Fun)
“hey ada apa?” ibu bertanya kepada Ravin. Karena tampang Ravin yang mencurigakan
“hah.... enggaaa. Tadiiii kak Ay teriak” Ravin menjawab pertanyaan ibu dengan nafas yang tersenggal senggal
“hoalaah... kirain apaan”
Aku menghampiri mereka yang sedang menungguku. Ya, aku tadi sedikit sulit mencari tempat parkiran. Karena ini weekend.
“maaf bu, Ay lama”
“gapapa. Ayo”
Aku, ibu dan Ravin mulai memasuki Mall dengan langkah sumringah. Kenapa? Karena 90% pengunjung memperhatikan kita! Apalagi aku dan Ravin yang terlihat seperti orang yang sedang berpacaran. Oh my!
Ibu yang diperhatikan seperti itu hanya melemparkan senyum tipisnya dan kembali berjalan. Bukannya aku menyombongkan keluargaku, dikeluargaku memang rata rata memiliki wajah yang diatas rata rata. Jadi, jangan heran jika kalian sedang berjalan dengan keluargaku dan dianugrahi dengan sorotan mata yang bisa membuat kalian sumringah. Aku saja masih rada rada risih. Padahal sudah terbiasa bagiku, apalagi Ravin yang menjadi populer saat baru masuk disekolah smp nya.
“bu, aku mau cari nightmare yaaaaa” aku membuka percakapan, karena tidak ada yang mau membuka percakapan diantara kita
“ iyaaaaa. Ayoo” ibu menggandeng tanganku, tetapi tidak menggandeng tangan Ravin “tenang Rav, kamu pasti boleh kok. Ayo” ibu berbalik badan dan langsung menggandeng tangan Ravin. Karena ibu tidak mau dicap sebagai ibu yang tidak adil dalam meperlakukan kepada anak anaknya
“hah... sudah biasa di tinggal terus” aku rasa Ravin ngambek lagi. Hah... dasar Childish.
“udahlah. Maafin ibu yaaa” ibu merasa bersalah kepada Ravin
“iya bu. Hehe Cuma akting kok” Ravin memang sering bercanda. Tapi, saat dia sedang moodynya teratur saja. Hahaha
Akhirnya kami mencari toko langgananku untuk menambah koleksi nightmareku. Hm... ya! Benar kata Ravin, koleksiku sudah sudah hampir 100% memenuhi kamarku yang kata teman temanku adalah horor. Hah.... itu tidak horor ataupun mistis. Itu karena, aku suka dengan warna gelap.
Akhirnya, setelah mencari dimana toko itu berada aku langsung menghampiri beberapa wall sticker, tas, gantungan kunci dan boneka. Yaaa..... walaupun aku sudah memilikinya. Hehe, tak salah kan?
“bu, aku boleh ambil banyak?” aku bertanya terlebih dulu pada ibu. Karena kali ini ibu yang membayarnya
“hm.... bagaimana yaaaa” terlihat ibu sedang memikir, dan sedangkan aku sudah membawa barang barang nightmare.
“bu, please jangan labil yaaa”
“iyaaa. Ambil sepuasmu, dear. Ini semua untuk menebus kesalahan ibu lalu lalu. Yaaa..... walaupun tidak seberapa. Hehe” ibu memang baik
“terimakasih ibuuuu”
“kak, cepetan dong. Aku mau nyari Racing niih” Ravin memang tidak sabaran. Padahal jika dia sudah menemukan Racing, dia akan lupa waktu! Egois.
Aku melihat jam di layar Hp ku “belum ada setengah jam, Rav. Please jangan ganggu. Kamu gamau diganggu kan nanti, dedeku sayang”
“iiiiiyaaaaaa. Tapi cepet!”
Aku mengambil napas dan menahan nya sebentar sebelum...
“SABAR SEDIKIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT!!” tidak memperdulikan tatapan aneh dari beberapa pengunjung, bahkan penjaga toko sampai menutup kuping mereka
“huwaaaaaaaaaaaaaaaaa, ampun kak. Hehe”
Aku melihat Ravin sedikit takut akan teriakan mautku. Haha. Biarin
”nah! Gitu dong” aku mengecup pipi Ravin sedikit
“hey! Ay, kamu ini mulutmu itu mirip banget sama toa mushola! Kuping ibu pengaang!” haha, ibu marah gara gara teriakanku. Hehe maaf bu. Peace.
“hehhee, peace bu peace” aku membentuk huruf v di kedua tanganku
“yasudah ibu tunggu di luar ya, kalo udh samper ibu” ibu berjalan keluar bersama Ravin. Hah.... indah sekali dunia. Aku bisa lebih puas memilih beberapa tambahan koleksiku. Aku melihat meja belajar nightmare, banyak gambar gambar kecil disana dan lebih elegan. Dikamarku hanya ada meja belajar berwarna hitam dan tidak ada sticker sticker kecil nightmare. Merasa aku ingin memilikinya, aku segera memesan meja itu tidak lupa memeriksa beberapa laci laci dan dan gagang pintunya. Aku rasa ini sudah sempurna. Aku kembali mencari cari beberapa barang barang nightmare, disana aku melihat sepatu cats converse berwarna coklat dengan gaya nightmare, seketika aku langsung melihatnya dan mencoba berbagai ukuran, aku menemukan ukuran 39 dan pas untuk kaki mungilku ini. Segera aku masukkan sepatu itu kedalam keranjang dan menelfon ibu yang sedang ada di luar untuk masuk kembali dan membayar semua koleksiku
“em.. halo bu, aku udah selesai. Ibu tolong kesini yaa”
iya, tunggu yaaa’ ibu mematikan telfon dan segera menuju kesini
Setelah 5 menit, ibu datang tidak bersama Ravin
“udah Ay?”
“iya bu. Ravin mana?” aku celingak celinguk mencari bocah satu itu
“ooo, dia duluan nyari koleksinya, udah dari tadi lho pas ibu sama Ravin keluar dia langsung pamit buat nyari sendiri. Katanya sih bosen nungguin Ay, jadi dia duluan deh. Hehe” emang bocah satu itu susaaaaaah banget buat nunggu sebentar, gasabaran banget. Hih! Gregetan tau.
Handphone ibu bunyi menandakan ada telfon masuk, dan ibu segera mengangkatnya.
“halo, iya apa Rav?”
Hah......... ternyata bocah satu itu, aku tahu  dia sudah selesai dengan koleksinya itu
“ayo Ay, kita bayar” setelah aku mengangguk aku dan ibu langsung menuju kasir dan membayar semua yang aku pesan dan segera menuju toko koleksi racing lagganan Ravin. Haahhh.... makmur banget hidup Ravin
Setelah sampai di toko kami menuju Ravin yang masih melihat lihat
“heh! Cepetan, lama ish” aku menepuk pundaknya agar dia tau kalau kami sudah datang
“sabar kaaak” dia masih sibuk dengan miniatur di tangannya sampai sampai tidak menoleh saat aku menepuknya. Haha bocah ini emang susaah banget dibilangin. Dan aku rasa dia keliatan bingung karna ada dua miniatur ditangannya yang ditangan kirinya ada miniatur mobil sport merah dan garis huruf z tapi memanjang dengan warna hitam dan ditangan kananya mobil chevrolet putih dan model yang lebih elegan.
“kak Ay tau kamu bingung, kamu pilih putih aja. Lebih elegan. Tapi terserah siih”
Tanpa berpikir lagi dia langsung menaruh mobil pilihanku ke keranjangnya yang sudaaaaaah sangat penuh dengan beberapa koleksinya
“ayo bu, kita bayar” Ravin menarik tangan ibu dan langsung menuju kasir untuk membayar semua barangnya
“aneh! Udah belanjanya paling banyak, ga dianggep lagi. Nasiiiiib nasiib” aku menggerutu sendiri karna merasa kesal. Tapi, aku langsung menghampiri mereka dengan berjalan santai
Merasa sudah mendapatkan apa yang di mau, kami menuju restauran dan akan makan malam disana. Padahal aku kira ibu yang akan memasak dirumah. Tapi ujung ujungnya makan cepat saji juga
Setelah kami sapai di Texas, kami mengambil tempat disamping kaca. Aku langsung menuju tempat pemesanan. Aku memesan menu keluarga saja yang bisa untuk 3 orang.
Setelah mendapat antrian dan makanan aku menuju tempat dimana ada ibu dan Ravin.
“kak, kok ini siih?” Ravin tampak sewot
“kenapa?” ibu bertanya
“gapapa bu, ada yang kurang aja gitu, hm tapi apaaa” ravin berfikir. Saus sudah ada piring udah. Apalagi?
“naaah! Saus tomat bu! Kak Ay ga ambil” oiya, dia itu gabisa makan kalo gaada bahan bahan yang berjenis tomat!
“lupaaaa”
Ravin mengambil saus tomat di dekat tempat antrian tadi, dan kembali dengan 2 botol saus tomat. Gila! Apa mau abisin? Streeeeeeeeeees !!
Kami makan tanpa ada suara, hanya ada dentingan piring dan garpu maupun sendok atau suara sas yang dituang.

Setelah merasa kenyang, kami pulang kerumah dengan bawaan yang sangaaaaaaaaaaaaaaaaaaat banyak! Ibu hanya membeli jam tangan dan sepatu high heelsnya untuk menambah koleksinya. Yaaaa.. walaupun tidak sebanyak kami. Hehe. Tapi ibu selalu mengalah.

Rusuk Ayka

BAB 1(Intro)      
                   
Hai! Namaku Ayka Alvina. Mm.... kalian bisa manggil aku Rayka. Aku mempunyai seorang adik laki laki yang menurutku cukup ngeselin, dan sering buat aku naik darah. Namanya Ravin Chestar, menurutku dia cukup tampan karena keperawakannya yang menurut kaum hawa perfect! Tentu saja, hanya dia satu satunya dari keluarga kecilku yang lahir di British, karena saat itu keluargaku diharuskan untuk pindah ke British selama 4 tahun karena tugas Ayahku, makanyaaaa nama belakang Ravin adalah Chestar. Salah satu nama yg digunakan di kota British.
Itu dulu, sebelum orang tuaku memutuskan untuk berpisah. Saat umur Ravin 4 tahun. Setelah ibu dan ayah berpisah, sampai sampai kami merasa ada yang berbeda dari ibu. Ibu lebih terlihat murung, pipinya lebih tirus dari sebelumnya yang berisi, dan aku sering melihat masakan ibu yang gosong tergeletak di tempat sampah bersama sampah sampah lainnya. Jika kami ingin makan ibu selalu menelfon restoran makanan cepat saji. Aku rindu masakan ibu, aku rindu pipi gembul ibu.
“kak, halooooooooo” Ravin menggoyang  goyangkan tangannya didepanku
“hah? Apaan?” aku baru sadar bahwa aku melamun dari tadi
“yaampuuuuuuuun, dari tadi kak Ay ngelamun. Ada apa? Mikir soal ibu?” Ay. Ravin memang memanggilku dengan sebutan itu sejak kecil. Katanya ribet. Hahaaa
“oohhhehe”
“sebenernya aku juga kepikiran soal ibu, ibu sering sakit sakitan. Setiap Ravin tanya, jawabannya gajauh jauh dari ‘oh’ ‘kenapa?’ ‘biarin aja’ ‘hehe’ ‘gapapa’  aku jadi bingung” Ravin dan aku sering sharing cerita masing masing, yaa bahasa enaknya sih curhat. Hehe.
“emang kamu doang! Kak Ay juga. Rasanya kalo ketemu ayah, ah bukan! Ketemu bajingan keparat itu pengen kakak pindahin matanya ke kaki dan hatinya di atas hidung!”
“udah lah kak, percuma kan dia udah nikah sama cewe murahan yang baru itu” aku melihat dari sorot matanya menyimpan dendam. Dendam untuk ibu, dan untuk keluarga.
“tapi kamu setuju kan?”
“hm... hehe iyasiih”
“tuhkan, gausah muna” Ravin hanya tersenyum
Aku melihat ibu yang baru keluar kamar, dengan pakaian yang rapi
“ Ay, Rav ibu mau ke mall. Ada yang mau ikut?” ibu menawarkan kepada kami. Tapi tumben banget ibu pergi keluar
“ikut bu!” jawab kami serempak. Aku melihat ibu hanya tersenyum.
Kami segera masuk kamar masing masing dan berganti baju sesuai dengan style masing masing.
Aku dan Ravin keluar dengan pakaian yang rapi. Aku mengenakan dress selutut berwarna peach yang dipinggangnya ada tali yang melilit, wedges berwarna putih  dan rambut panjangku yang ku gerai dan tas selempang kecil berwarna putih. Sedangkan ravin mengenakan kemeja biru dongker polos, celana chino warna yang senada dan sepatu kets warna biru tua. Ibu hanya mengenakan dress biru panjang dengan high heels dan tas selempang yang senada.
Jika dilihat lihat aku dan Ravin seperti orang yang sedang berpacaran. Hihi banyak yang sudah bilang, dan wajah kami pun hampir mirip. Jelas, kami kan saudara kandung Haha
“yuk ah, nanti kita pulangnya kesorean” ajakan ibu membuat kami tersenyum dan langsung berlari kearahnya
“bu, aku yang bawa ya mobilnyaaaa” Ravin tiba tiba memasang muka melasnya kepada ibu. Hm... aku tahu ibu pasti tidak akan mengizinkan. Karena Ravin belum mempunyai SIM, walaupun adikkku ini suka dengan Racing. Bahkan dikamarnya banyak sekali miniatur miniatur dan wall sticker berbentuk Racing, berbeda denganku yang menyukai Nightmare. Hahaha lucu yaa. Gayaku feminim jika sedang berpergian bersama keluarga dan  jangan heran jika kalian masuk ke dalam kamarku. Semua kamarku bercat dan berhias hitam. Ya! Hitam! Aku yang mau. Hahahhahahaha
“Ravin, ibu tahu kamu suka dengan Racing, tapi kamu belum mempunyai SIM nak. Jadi, biar kak Ay saja yaaa” ucap ibu lembut sambil merangkul Ravin
“yaaah ibuuuuuu” kadang aku suka kasian pada Ravin. Tapi, mau bagaimana lagi. Hehe
Ibu memeberikan kunci mobil kepadaku, dengn sigap aku menerimanya dan bersiap untuk shoping kita kali iniiii!!!
“mmm..... bu. Ibu sudah bisa move on kan dari ayah?” aku bertanya begitu, padahal aku takut menyakiti hati ibu dan kembali murung seperti yang sudah sudah
“hey! Fokus kak sama jalaan” Ravin menepuk bahuku. Aku tahu maksud dia untuk tidak mengingatkan ibu pada masa lalunya. Seketika aku langsung fokus pada jalanan dan menghilangkan rasa kepo ku itu.
“sudah, ibu sudah bisa move on kok. Kalian tenang ya” terliha dari mata ibu bahwa ibu tidak ingin mengungkit masa lalunya yang sedikit pahit jika di ingat.
“alhamdulillaaaah” aku merasa bersyukur ibu telah menjadi ibu yang dulu lagi. Yang periang,lemah lembut dan sabar “oiyaa, kita mau ke Mall mana bu?”                             
“kita ke PIM sajaaa”
“hah?” Ravin bertanya. Kurasa dia bingung. Hahaha dasar bocah umur 15 tahun
“iya, kita have fun disana. Shoping, nonton bioskop, makan. Terserah kaliaaan” ibu menawarkan dengan raut muka yang senang
“yeay! Aku mau beli nightmare lagiii~”
“hah? Nightmare lagi kak? Hey Joy, koleksi nightmare kakak udah bejibun banyaknyaa sampe bingung mau di taro dimanaaaaa” Ravin terlihat tidak terima dengan keinginanku
“emang kakak doang, kamu juga! Racing kamu udah selemari kaca yang besar itu! Masih banyakan kamu doooong”
“pokoknya kakak gaboleh beli nightmare lagi. Titik!”
“Ravin! Yaudah kalo kaya gitu. Pas tanggal 26 januari nanti, tepat Birthday Party kamu berlangsung kakak gabolehin kamu keluar sehariaan!” aku pun tak mau kalah akan ancaman dari Ravin. Toh, dia sering memberiku ancaman seperti itu. Tapi, tidak pernah ada yang terlaksanakan. Itu parah!
“eeeehhhh, jangaaaaaaan” ravin memelas padaku, tapi aku tetap fokus pada jalan dan menghiraukan tatapan memelas dari kursi belakang. Hoho. Kejam sekali diriku.
“oiya, ibu boleh ngoleksi sepatu atau tas lagi?”
“gaboleh!” serempak aku dan Ravin berteriak
“lho? Kok gaboleh?” ibu merasa bingung. Kenapa aku dan Ravin yg berantem, tapi yang kena imbasnya ibu? Sungguh memalukan.
“kalo aku gaboleh beli nightmare lagi, ibu juga gaboleh nambah koleksi ibu” aku mulai egois
“yaudah deeeeh, kak Ay boleh beli nightmare lagi. Aku kasian ibuuu” akhirnya dia mengalah juga. Hoho aku menang lagii.
“oke! One point for me”
“udah. Kalian ini. Gadirumah, di mobil dimanapun selalu berantem” akhirnya ibu menengahi acara sengit sengitan antara aku dan Ravin
“ayeay! Thanks mom” ravin memeluk ibu dari belakang. Sedangkan aku? Hanya bisa mengucapkan terimakasih. Karena mustahil aku memeluk ibu disaat menyetir seperti ini.
“oiya bu, ayo! Uddah sampe nih”
“perasaan, yang diajak ibu terus. Aku kapan? Aku berasa ga dianggep” hihi Ravin ngambek rupanya
“heh! Ga gitu juga”
“kak Ay jahat!”
“hah.... mulai lagi deh” ibu hanya bisa menghela napas dan turun duluan dari mobil
“udaaaah cepetan turun! Kak Ay mau cari parkiran”
“iyaaa! Pokoknya nanti kak Ay janji mau beliin aku wall sticker lagi!” Ravin selalu meminta sesuatu saat dia sedang ngambek kaya gini. Hah... bocah.

“iyaaaa dedeku sayaaang. Cepetan turuuuuuuuuuuuuun!!!!!!” merasa kesabaran sudah habis aku teriak di dalam basement. Ravin langsung turun karena takut teriakanku yang dapat memekakakan telinga itu dan menghampiri ibu yang dari tadi menunggu.

Sabtu, 28 September 2013

Bantal sepi Merry part9 (Best day)

TOK TOK
aku tersentak saat sedang ebaknya duduk di ruang tamu sambil memegang toples yang berisi kue kering
aku berjalan menuju pin tu yang tadi diketuk
"ya... seben-" ucapanku terpotong saat mengetahui siapa yang mengetuk pintu sore sore seperti ini
"hai. Merry. apa kabar?" aku terdiam di tempatku berdiri sambil mulutku menganga lebar dan tanganku masih memegang gagang pintu
"mer" orang itu memanggilku sambil melambaikan tangannya di depan mukaku
"ah! i-iya. ada apa? aku gugup setengah mati sekaligus malu karena kepergok melamun. kalo ada waktu sedikit saja aku pasti sudah pergi ke dapur untuk mengambil panci dan menutup mukaku dengan panci itu dan tidak keluar rumah selama 3 hari
"ada apa? kemarin aku sudah minta izin ke kamu, mau kerumah. dan kamu mengizinkan."
aku lupa kalo kemaren Vino ingin ke rumahku, tapi... kemana Herny?
"oiya. maaf aku lupa. hehe" aku mengggaruk bagian belakang kepalaku yang sebenarnya tidak gatal sama sekali "Herny mana?"
"Herny?"
"iyaaa... oiya, maaf masuk yuk" aku memberi jalan untuknya dan aku mengikutinya
"ga berubah ya Merr" Vino mengelilingi  ruang tamuku, dan berhenti di depan foto keluargaku yang disana ada foto kak Rizal. memang, Vino dulu sangat dekat dengan kak Rizal.
"jangan nangis ya merr, maaf"
vino melihatku menundukan kepala dan melihatku menitikan air mata
"i-iya, vin. gapapa hahaha" aku menghapus sisa  sisa air mata
"udah merr, gabaik menangisi orang yang sudh pergi terlalu lama" Vino mengusap usap punggungku dan berusaha menenagkanku, aku dan Vino sudah dari kecil berteman jadi sudah salingt mengerti satu sama lain
"iya, thank you so much vin"
  "sebagai sahabat memang harus seperti itu mer, oiya tante mana? om?" vino celingukkan mencari dimana ayah dan ibu berada
"ibu tidur, ayah masih di kantor. ada urusan"
"ooo... kangen kak Rizal mer"
aku tersentak mendengar Vino
"um. yasudah. ayo ke makan kak Vino" aku menjawabnya dengan menyelipkan sedikit senyuman di bibirku walau getir
aku dan Vino menuju makam kak Rizal, disana banyak orang yang mengunjungi makam keluarganya
sampai di makam kakak aku langsung menebar bunga yang tadi dibeli di depan makam' berdoa sebent5ar dan mengobrol sedikit tentang keseharianku
"kak, ada vino sahabatku, masih inget kan kak?" berharap kakak menjawab tapi impossible
"hai, kak rizal" vino menyapa kak Rizal
"kak, udah sore, bahkan udah mau malem, merrry pamit yaa"
"kak Vino juga pamit"
kami berdua keluar makam dan pulang kerumah masing masing
"merr, makasih yya"
"iya, vin, sama sama. merry pamit ya"
"iya merr, hati hati yaa":
aku jalan ke rumah dengan senyum dibibirku yang sangat lebar                                                                                 

Sabtu, 21 September 2013

Bantal sepi Merry part 8(Bad Day)



Bruk!
Ah!
Aku yang sedang berlari terburu buru karena sudah telat pada jam pertama karena ulah ayah yang tidak mau bangun untuk mengantarku ke sekolah, terhenti dengan sakit karena tertabrak sahabatku sendiri. Um.... kurasa kalian sudah tau. Haha. Ya itu Vino! Yang membuat sikap ku berubah hanya karena kak Rizal meledekku saat aku sedang bersamanya dan Herny.
“um... maaf aku terburu buru” aku langsung lari tanpa menunggu jawaban dari Vino
Saat sampai di depan kelas aku membuka pintu dan langsung di kepoin ibu Vema yang saat itu sedang menjelaskan matematika! Oh tjoy! Sialnya hidup kuu
“maaf bu, saya kesiangan” aku berkali kali meminta maaf pada Bu Vema karena bu Vema terkenal killer di sekolah
“ya! lain kali jangan diulang ya! Cepat duduk” tanpa menjawab aku langsung menuju tempat dudukku dan mengambil buku matematika di dalam tasku.
Tapi...... buku tugasku mana? Oh tuhan! Aku lupa mengambillnya di meja belajar
“kumpulkan tugas rumah kalian!” seru bu Vema membuat keringat dingin ku keluar dengan hebatnya
“Merry, mana tugasmu?”
“em.... maaf bu, buku tugas saya ketinggalan” pertanyaan bu Vema membuatku gugup
Aku melihat bu Vema menggeleng gelengkan kepala sambil memeriksa pekerjaan tugas anak anak yang laiinnya
“ngapain aja semalam?” bu Vema menatapki tajam seolah olah ingin menelanku hidup hidup
“saya ngerjain bu, tapi ada di meja belajar”
“hah....” bu Vema menghela nafas “besok harus kamu kumpulkan”
Pernyataan bu Vema sukses membuat hatiku legaaa
KRIIIIIIIIINGGGGG!!!!!!
Bel istirahat menghentikan kegiatan belajar mengajar di kelasku
Bu Vema keluar kelas, dan tidak lupa mengucapkan salam.
Anak anak yang ada dikelasku sat persatu keluar kelas untuk mengisi perut mereka yang mulai kosong
“mer, kantin yuk! Laper nih” ajak Herny sambil mengusap usap perutnya
Aku yang melihat kebiasaannya ini hanya berdecak sambil menarik tangan Herny untuk ke kantin
Setelah sampai di kantin aku dan Herny langsung memesan makanan dan minuman
“bu! Friench fries nya dua, sama coca colanya juga ya!” sobat ku yang satu ini memang aktif dalam bidang apa saja
“her, aku kadang suka heran sama kamu, kamu kok bisa aktif gitu?”
mendengar pertanyaan ku Herny langsung mentertawakanku sangat lama
“gatau, mungkin bawaan lahir. Hahahahahaha” herny kembali tertawa
“friench fries nya dua!” teriakan pelayan kantin membuat kegiatan Herny terhenti
Aku dan Herny memakannya tanpa ada suara sama sekali hanya ada suara decapan yang tercipta di mulut kami berdua masing masing
KRIIIIIINNNNNNNNGGG!
Bel tanda selesainya istirahat membuatku dan Herny menuju kelas kembali.
“Merry!”
Ada yang memanggil namaku, tapi suara itu amat familiar
“Merry, tunggu!” ada yang menarik tanganku, saat aku berbalik badan aku kaget dan langsung melepaskan tangannya
“maaf” ucap Vino yang juga sahabatku sembari melepaskan tangannya
“ada apa vin?”
“um. Merr, duluan ya” Herny meninggalkan aku berdua di tangga bersama Vino
“minggu besok aku main kerumah kamu ya?”ucapan Vino sukses membuatku tersentak
“hah... yaudah... terserah kamu Vin”
“makasih Mer”
“ya” aku sudah malas bicara pada Vino, wakaupun dia ini sahabatku