BAB 5 (Bad Day)
Teng Nong
Mendengar bel rumahku yang berbunyi. Aku menghentikan
sementara kegiatanku
“aaayyyy!” zeze yang melihatku
langsung menghambur ke pelukanku
“hai ay”
Aku hanya membalas sapaan Vino dengan
senyuman dan melepaskan pelukan maut dari seorang Zeze. Haha
“Ze, udah ah. Engap tau”
“hehee. Maaf” zeze nyengir, tapi
matanya tidak diam. Matanya celingak celinguk kesana kemari “kemana ade lo?”
“dikamar. Mungkin ngebersihin
miniaturnya”
Sebelum bercakap cakap lebih jauh aku
mempersilahkan mereka berdua masuk kedalam rumah
“tunggu ya, mau ngambil minum. Duduk
aja dulu” aku mempersilahkan mereka duduk dan pergi ke dapur untuk mengambil
minum dan camilan
“kak, ada siapa?” aku kaget karena
Ravin yang baru pulang dari lesnya menyapaku tanpa mengucap salam
“heh! Kalo pulang kasih salam, jangan
ngagetin aja” aku ngomel disitu
“hehe, iya maaaaaf” aku tidak merspon
omongan Ravin dan kembali membuat sirup
Aku segera kembali ke ruang tamu
sambil membawa nampan yang penuh dengan sirup dan camilan
“diminum yaaa” aku pun ikut bergabung
dengan mereka berdua
“eh Ay, Ravin mana?” Zeze terlihat
sedang mencari Ravin
“ooh, dia ada. Tadi sih di dapur
bareng gue. Tapi gatau sekarang. Dikamarnya kali” aku menjawab sekenanya
“oh”
Tidak lama kami membuka topik
permbicaraan tentang Ravin, dia turun ke lantai bawah dan menemuiku dengan
pakaian yang dibilang santai. Hoho. Kaos hijau Hulk dan boxer spongebob diatas
lutut. Penampilannya saat itu mampu membuat Zeze ilfiel, Vino yang cengo, dan
aku yang tertawa terbahak bahak. Gimana engga coba? Hahhaaaa.
“kak, kunci mobil dimana?”
pertanyaannya membuatku berhenti tertawa
“ada di gantungan deket tangga. Mau
kemana emang?”
“hp Rav ketinggalan di sono”
“ohahhaaaa”
Ravin langsung pergi menuju tangga dan
membuat Zeze dan Vino berhenti cengo
“eh Ay, ade lo kadang freak yaa” Zeze
bertanya
“hah... gitulah. Boyot juga kadang.
Hoho”
“tapi kayanya bisa diajak bertranksaksi”
Vino nimbrung dengan kata kata yang sedikit bijak
“oke!
Niat kita kesini itu kerja kelompok kan? Bukan ngomongin ade gue yang
super duper nyebelin?” aku akhirnya menghentikan argumen kami
“iya sih. Oke, ayo mulai” Vino
mengeluarkan laptop, kamus bahasa inggris dan buku tulis
“emang kita mau nyari apaa?” Zeze
bertanya dengan polosnya
Aku dan Vino hanya menghela napas
panjang, akhirnya Vino yang mengalah untuk menjelaskannya
“jadi, kita disuruh ngerjain tentang
Tenses”
“oiya iyaaa. Hahaa. Lupaaa maap yak”
“oiya, laptop gue rusak. Kita ga
ngeprint kan?” aku lupa kalau laptop ku rusak gara gara Ravin. Untung saja
waktu itu ibu sedang galau. Hoho
“engga siih” ucap Vino enteng, yang
masih bergulat dengan laptopnya “oiya. Ay, WiFi lu pass nya apaa?”
“hah? Emang kita googling?” aku
membalas pertanyaan Vino dengan muka yang sangat amat polos
“iyaaa”
“ohehe, maaf. Pass nya RavAy”
“RavAy? Kenapa engga RavZe aja?” aku
melihat keterkejutan dari muka Zeze. Aku tau itu Cuma bagian dari leluconnya
“yang punya WiFi siapa?” aku
meletakkan tanganku diantara pinggang pinggangku
“eeh buset, tangan lo kena gue ini”
Vino menggerutu. Haha tentu saja. Siku ku engga sengaja kena kepalanya
“eh eh, maaf” refleks aku pun meminta
maaf
“yaaa... punya lo Ay” balas Zeze pasrah
“hahaaa, bercanda” aku segera
merangkul temanku ini “sabar ya, mau ke kamar ambil tab gue. Buat bantuin Vino.
Kita kan satu kelompok”
“oiya! Bener. Gue sampe lupa kalo gue
bawa iPad” Saking serunya bercanda, Zeze lupa kalau dia bawa iPad
kesayangannya. Yaaa.. begitulah Zeze
Aku hanya nyengir, dan menuju kamar.
Saat membuka pintu kamar, aku terkejut
bahwa ada Ravin yang sedang tidur tengkurap dikasurku sambil mengerjakan prnya
“Ravin! Kamu ngapain disini?”
“aku ngerjain pr kak, dikamarku panas.
Kan Ac nya rusak” benar. Semalam Ac di kamarnya rusak gara gara 3 hari nonstop
ga dimatiin
“kamu sih! 3 hari ga dimatiin”
“kakak, ngapain kesini?”
“lah? Ini kan kamar kak Ay, Cuma mau
ngambil Tab kakak doang” aku segera mengambil Tab ku yang berada di atas meja
belajar dan segera keluar dari kamar itu
“oiyaaa hahaha”
Aku tersenyum pada Ravin, dan langsung
turun kebawah.
Setelah sampai, aku langsung
mengerjakan tugas ku dan menyalinnya di buku sebelum di tulis kembali pada Zeze
di kertas Folio. Diantara kami yang berisik hanya suara kecil nyanyianku dan
suara ketikan laptop Vino, serta suara pensil yang sengaja diketuk ketukan di
buku Zeze
“Ze, lo udah dapet berapa nomer?” Vino
terpaksa menghentikan kegiatannya untuk bertanya pada kami yang sedang berkutik
dengan kegiatannya sendiri sendiri
“gue... 123. 11 nomer!” Zeze tidak
melepaskan matanya dari layar iPad nya walaupun sedang menjawab pertanyaan Vino
“lah? Bukannya kita bagi rata ya? Zeze
10 nomer, Vino 10 nomer dan gue juga 10 nomer. Kok lo 11 nomer Ze?” yang
ditanya hanya diam
“iya yaaaa. Kok gue baru inget ya. Gue
udah ngerjain 16 nomer” Vino pun baru nyadar
“ze! Lo dengerin kita ga sih?” aku
yang sudah kehilangan kesabaran, akhirnya menegur Zeze
“hah? Maaf” akhirnya Zeze mendengarku
Terasa pusing di kepalaku, aku sedikit
memijat bagian yang pusing.
“oke, kita udah ke kumpul 30 kan?”
Vino membuka pembicaraan
“udah sih, terus?” Zeze akhirnya sadar
juga. Hoho
“kita kan masih ada waktu sekitar 3
hari. Mengingat sekarang udah maghrib, kita udahin dulu aja. Soalnya ga mungkin
dong Zeze pulang malem malem banget. Dia kan cewek. Kalo gue sih ga masalah”
Vino rada bijak yaa. Haha
“iyaya, yaudah gapapa” Zeze yang
merasa namanya ada di daftar kalimat Vino pun mengiyakan
“yaudah, gue pulang yaa Ay. Makasih
lho” Vino membereskan peralatan yang tadi di pakainya dan sedikit meminum sirup
yang tadi aku buatkan untuk mereka
“iya Ay, gue juga pulang ya. Makasih
banget” zeze juga membereskan barangnya dan berdiri untuk berpamitan
“iyaa, hati hati ya” aku mengantar
mereka berdua ke depan gerbang. Tapi, sebelum jalan keluar Zeze...
“RAVIIIIIN! AKU PULANG
YAAAAAAAAAAAAA!” teriak untuk berpamitan pada Ravin
Vino langsung menyeret Zeze, dan
membekap mulutnya yang engga berenti teriak
“hahhaa” aku hanya tertawa melihat
tingkah mereka berdua